Artikel Psikologi Favorit Ambar - Tidak banyak yang disampaikan oleh Pak Kepsek, setelah memperkenalnalkan nama-nama anggota MAPALA UI, kemudian diselingi beberapa nasehat artikel psikologi favorit ambar, upacara perkenalan singkat itu ditutup dengan hikmat.
Kelompok mahasiswa pencinta alam akan berada di Pandaran selama satu bulan. Seruni dengan beberapa orang siswa yang tergabung dalam satuan kerja membantu anggota-anggota MAPALA mendirikan artikel psikologi favorit ambar tenda-tenda, mengangkut bibit-bibit untuk penghijauan dan lain sebagainya. Mereka bekerja dengan baik dibawah koordinasi MAPALA UI.
Dihari yang ketiga kegiatan tersebut Seruni sudah dapat membedakan nama-nama artikel psikologi favorit ambar dan orangnya, para anggota MAPALA UI itu, terutama Awang yang menjadi ketua dari MAPALA yang ditugaskan dalam kegiatan artikel psikologi favorit ambar tersebut.
Seruni memainkan kedua kakinya, merendamnya di air telaga yang sejuk, tidak jauh dari lokasi perkemahan. Kedua matanya menatap riak-riak yang tercipta oleh gerakan artikel psikologi favorit ambar kakinya. Saking asiknya Seruni kedatangan seseorang tidak disadarinya.
“Alangkah damainya, suasana sekitar telaga ini ..”, satu helaan nafas kagum mengejutkan Seruni. “Oh…maafkan aku dik Runi, aku membuatmu kaget!, lanjut si pemilik suara itu.
“Ah…..kak Awang, oh ehm, ti..ti..dak kok”, Seruni menggumam gugup. “Boleh aku duduk disini, Runi?. Awang meminta persetujuannya. “Oh…eh…si silakan, kak. “ Ya Tuhan mengapa aku jadi nervous begini, bisik batin Seruni.
Dengan santai Awang mengambil posisi, duduk di depan Seruni. Seruni menjadi semakin jengah , tidak pernah samasekali ia duduk berduaan seperti ini dengan seorang lelaki, sebelumnya. Kegugupan Seruni rupanya dapat dirasakan Awang, tapi cowok ini berpura-pura tidak tahu artikel psikologi favorit ambar. Hal ini sedikit banyak membantu Seruni yang diam-diam berusaha menentramkan hatinya.
“Dik Seruni…selama ini kuperhatikan kau senang sekali ditepi telaga ini?” Apakah ada yang kau pikirkan? Suara awang terdengar memperhatikan sekali artikel psikologi favorit ambar. Seruni diam. Dihembuskannya nafasnya halus, untuk menenteramkan hatinya yang mendadak gemetar aneh.
“Dik Seruni apakah kehadiranku, mengganggu?” suara itu terdengar sabar. “Ah tidak kak Awang, ti…ti…dak mengganggu.” Akhirnya Seruni dapat juga berkata, meskipun tak luput dari nada gugup.
“Ehm, syukurlah kalau begitu,” Awang menarik nafas lega. Entah mengapa sejak kenal gadis ini Awang selalu ingin sekali berada didekatnya. Ada semacam rasa kerinduan yang putih. Yang mengalirkan demikian syahdunya. Dan Awang tidak pernah menduga sebelumnya bahwa gadis di depannya ini masih murni artikel psikologi favorit ambar, bagaikan sekuntum melati yang tumbuh dan menyebar harum semerbak.
Tanpa disadari oleh mereka berdua dari segerombolan semak-semak, sepasang mata menyala-nyala memendam kecemburuan, menatap kearah mereka. Ambar menyibak sedikit rumpun-rumpun semak yang menghalangi pandangannya. Ia berusaha menahan api kecemburuan yang memanasi hatinya. Ia sangat cemburu, melihat kenyataan yang ada Seruni diam-diam telah menarik perhatian rekan-rekannya dengan artikel psikologi favorit ambar. Oh bukan itu, Ambar tidak peduli apabila yang tertarik pada Seruni itu si Edi ; Bonar ; atau si Deni, Ambar cemburu sebab Awang yang diam-diam dicintainya ternyata dilibat pesona gadis kecil itu. Menurut istilah Ambar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar